Nama : Anggit deka lestari
NIM : 05200ID09122
kelas: 2D
Poliuri
Poliuria merupakan simtoma medis berupa kelainan frekuensi diuresis/buang air kecil sebagai akibat kelebihan produksi air seni. Gejala poliuria dapat timbul bersamaan dengan polidipsia.
Mengapa terjadi Poliuri?
Glukosa menarik air intrasel (sifatnya hidrofilik) sehingga jika banyak glukosa dalam tubuh maka akan banyak air yang dikeluarkan.
Karena glukosa yang terdapat dlm darah meningkat, sedangkan di ginjal mempunyai batas ambang 180 mg/dL, jika glukosa lebih dari 180 maka akan di keluarkan lewat urine. (glukosuria)
Pada defisiensi insulin, akan terjadi hiperglikemia karena pengaruh insulin pada metabolisme glukosa tidak ada. Penimbunan glukosa di ekstrasel menyebabkan hiperosmolaritas. Transpor maksimal glukosa akan meningkat di ginjal sehingga glukosa diekskresikan ke dalam urin. Hal ini menyebabkan diuresis osmotik yang disertai kehilangan air(poliuria), Na+ dan K+ dari ginjal, dehidrasi, dan kehausan.
Penyebab umum poliuria pada orang dewasa dan anak-anak, biasanya adalah diabetes mellitus yang tidak mendapatkan perawatan memadai, sehingga simtoma khas diabetes berupa hiperglisemia mengakibatkan diuresis osmosis. Penyebab umum lain adalah polidipsia, khususnya dengan konsumsi cairan yang mengandung kafeina dan alkohol dan bahan/obat lain yang bersifat diuretik.
Mekanisme Pemekatan dan Pengentalan Urin
(sistem Countercurrent)
Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung Henle, suatu bagian nefron
yang panjang dan melengkung dan terletak di antara tubulus proximal dan distalis. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar dan bergantung pada transport aktif natrium (dan Klorida) keluar pars ascenden lengkung. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilizas relatif bagian lengkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar. Akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilizas duktus-duktus pengumpul terhadap air.
Langkah-langkah pada Countercurrent Multiplier System
1. sewaktu natrium ditransportasikan keluar pars ascendens, cairan interstisium yang melingkupi lengkung henle menjadi pekat.
2. air tidak dapat mengikuti natrium keluar pars ascendens. Filtrat yang tersisa secara progresif menjadi encer.
3. pars ascendens lengkung bersifat permeable terhadap air. Air meninggalkan bagian ini dan mengalir mengikuti gradien konsetrasi ke dalam ruang intersisium. Hal ini menyebabkan pemekatan cairan pars descendens. Sewaktu mengalir ke pas ascendens, cairan mengalami pengenceran progrsif karena natrium dipompa keluar.
4. hasil akhir hádala pemekatan cairan interstisium di sekitar lengkung henle. Konsentrasi tertinggi terdapat di daerah yang mengelilingi bagian bawah lengkung dan menjadi semakin encer mengikuti pars asendens.
5. di bagian puncak pars asendens lengkung, cairan tubulus bersifat isotonik atau bahkan bersifat hipotonik.(Corwin, 2000).
Hasil dari Countercurrent Multiplier System
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air bervariasi. Apabila permeabilizas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya hádala penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya apabila permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin. Urin akan encer.(Corwin, 2000).
Peran hormon Antidiuretik dalam Pemekatan Urin
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormon hipofisis
Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel(penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat.(Corwin, 2000)
Mekanisme Pengenceran urin
Mekanisme pengenceran urin di pengaruhi oleh ADH (anti duretik hormon) dan aldosteron. ADH dan aldosteron menyebabkan meningkatnya permeabilitas tubulus sehingga akan meningkatkan reabsorsi air. Hal ini akan menyebabkan volume urin menurun. Apabila ADH jumlahnya menurun, maka reabsorsi air menurun akibatnya jumlah urin meningkat. Hal-hal yang menyebabkan ADH naik.: Maningkatkan asmolalitas plasma dan Penurunan volume dan tekanan darah. Sedangkan hal-hal yang menyebabkan ADH turun: Penurunan asmolalitas plasma dan Peningkatan volume dan tekanan darah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar