Senin, 28 Maret 2011

LAPORAN PENDAHULUAN URETRITIS

Nama : YAYAN SRI SURYANI
NIM : 05200id09157
Kelas: 2D

PENGERTIAN
Uretritis adalah peradangan pada uretra
ANATOMI FISIOLOGI
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa.
• Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
• Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
• Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).
• Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.



Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.



ETIOLOGI
• Kuman gonorrhoe
• Tindakan invasif
• Iritasi batu ginjal
• Trihomonas vaginalis
• Organisme gram negatif :
- Escherichia coli
- Entero bakteri
- Pseudomonas
- Klebsiella dan Proteus


PATOFISIOLOGI
- Invasi kuman (gonorrhoe, trihomonas vaginalis gram negatif) uretritis
- Iritasi (iritasi batu ginjal, iritasi karena tindakan invasif menyebabkan retak dan
permukaan mukosa pintu masuknya kuman proses peradangan uretritis


MANIFESTASI KLINIK
1. Mukosa memerah dan edema
2. Terdapat cairan exudat yang purulent
3. Ada ulserasi pada uretra
4. Adanya rasa gatal yang menggelitik
5. Good morning sign
6. Adanya pus awal miksi
7. Nyeri pada saat miksi
8. Kesulitan untuk memulai miksi
9. Nyeri pada abdomen bagian bawah

KOMPLIKASI
- Prostatitis
- Abses uretra striktur atau fistel uretra

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Kultur urine
- Urine analisis
- Darah lengkap

PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan
- Apakah pernah ISK
- Apakah pernah menderita batu ginjal
Pengkajian fisik
- Palpasi kandung kemih
- Infeksi meatus
- Pengkajian : warna,jumlah,bau dan kejernihan urin
Riwayat psikologis
- Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendikkn
- Persepsi terhadap kondisi penyakit
- Mekanisme koping dan support sistem
Pengkajian pengetahuan klien
- Pemahaman tentang penyakitnya
- Pemahaman tentang pencegahan,perawatan
terapi medis.


Diagnosa Keperawatan

I. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peradangan / inflamasi uretra

1.Intervensi : Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesi sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.Penghentian tiba – tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya batu.


2. Intervensi : Berikan tindakan nyaman
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan koping


3. Intervensi : Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas terapeutik
Rasional : Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.

4. Intervensi : Perhatikan keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen
Rasional : Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine kedalam area perirenal

5. Intervensi : Berikan kompres hangat pada punggung
Rasional : Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan refleks spasme



II. Perubahan eliminasi urin b/d inflamasi uretra

1. Intervensi : Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.


2. Intervensi : Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional : Perdarahan dapat mengindikasikan peningkatan obstruksi atau iritasi ureter.Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu

3. Intervensi : Obs. Perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.
Rasional : Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.



III. Resti infeksi b/d invasi bakteri

1.Intervensi : Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan staf
Rasional : Menurunkan resiko kontaminasi silang

2.Intervensi : Awasi tanda – tanda vital
Rasional : Demam dengan peningkatan nadi dan pernapasan adalah tanda peningkatan laju metabolic dari proses inflamasi, meskipun sepsis dapat terjadi tanpa respon demam.

3.Intervensi : Dorong napas dalam, batuk dan pengubahan posisi kering. Menurunkan resiko kontaminasi silang
Rasional : Mencegah atelektasis dan memobilisasi secret untuk menurunkan resiko infeksi paru

4. intervensi : Ambil spesimen untuk kultur dan sensitivitas dan berikan antibiotik tepat sesuai indikasi
Rasional : Memastikan infeksi dan identifikasi organisme khusus, membantu pemilihan pengobatan infeksi paling efektif.

IV. Ansietas b/d kurang pengetahuan terhadap penyakit

1. Intervensi : Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datang
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi

2. Intervensi :Mendengar dengan aktif tentang program terapi/perubahan pola hidup
Rasional : Membantu pasian bekerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa kontrol terhadap apa yang terjadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar