Nama : YAYAN SRI SURYANI
NIM : 05200id09157
Kelas: 2D
PENGERTIAN
Uretritis adalah peradangan pada uretra
ANATOMI FISIOLOGI
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa.
• Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
• Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
• Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).
• Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.
ETIOLOGI
• Kuman gonorrhoe
• Tindakan invasif
• Iritasi batu ginjal
• Trihomonas vaginalis
• Organisme gram negatif :
- Escherichia coli
- Entero bakteri
- Pseudomonas
- Klebsiella dan Proteus
PATOFISIOLOGI
- Invasi kuman (gonorrhoe, trihomonas vaginalis gram negatif) uretritis
- Iritasi (iritasi batu ginjal, iritasi karena tindakan invasif menyebabkan retak dan
permukaan mukosa pintu masuknya kuman proses peradangan uretritis
MANIFESTASI KLINIK
1. Mukosa memerah dan edema
2. Terdapat cairan exudat yang purulent
3. Ada ulserasi pada uretra
4. Adanya rasa gatal yang menggelitik
5. Good morning sign
6. Adanya pus awal miksi
7. Nyeri pada saat miksi
8. Kesulitan untuk memulai miksi
9. Nyeri pada abdomen bagian bawah
KOMPLIKASI
- Prostatitis
- Abses uretra striktur atau fistel uretra
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Kultur urine
- Urine analisis
- Darah lengkap
PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan
- Apakah pernah ISK
- Apakah pernah menderita batu ginjal
Pengkajian fisik
- Palpasi kandung kemih
- Infeksi meatus
- Pengkajian : warna,jumlah,bau dan kejernihan urin
Riwayat psikologis
- Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendikkn
- Persepsi terhadap kondisi penyakit
- Mekanisme koping dan support sistem
Pengkajian pengetahuan klien
- Pemahaman tentang penyakitnya
- Pemahaman tentang pencegahan,perawatan
terapi medis.
Diagnosa Keperawatan
I. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peradangan / inflamasi uretra
1.Intervensi : Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesi sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.Penghentian tiba – tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya batu.
2. Intervensi : Berikan tindakan nyaman
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan koping
3. Intervensi : Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas terapeutik
Rasional : Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
4. Intervensi : Perhatikan keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen
Rasional : Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine kedalam area perirenal
5. Intervensi : Berikan kompres hangat pada punggung
Rasional : Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan refleks spasme
II. Perubahan eliminasi urin b/d inflamasi uretra
1. Intervensi : Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
2. Intervensi : Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional : Perdarahan dapat mengindikasikan peningkatan obstruksi atau iritasi ureter.Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu
3. Intervensi : Obs. Perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.
Rasional : Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
III. Resti infeksi b/d invasi bakteri
1.Intervensi : Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan staf
Rasional : Menurunkan resiko kontaminasi silang
2.Intervensi : Awasi tanda – tanda vital
Rasional : Demam dengan peningkatan nadi dan pernapasan adalah tanda peningkatan laju metabolic dari proses inflamasi, meskipun sepsis dapat terjadi tanpa respon demam.
3.Intervensi : Dorong napas dalam, batuk dan pengubahan posisi kering. Menurunkan resiko kontaminasi silang
Rasional : Mencegah atelektasis dan memobilisasi secret untuk menurunkan resiko infeksi paru
4. intervensi : Ambil spesimen untuk kultur dan sensitivitas dan berikan antibiotik tepat sesuai indikasi
Rasional : Memastikan infeksi dan identifikasi organisme khusus, membantu pemilihan pengobatan infeksi paling efektif.
IV. Ansietas b/d kurang pengetahuan terhadap penyakit
1. Intervensi : Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datang
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
2. Intervensi :Mendengar dengan aktif tentang program terapi/perubahan pola hidup
Rasional : Membantu pasian bekerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa kontrol terhadap apa yang terjadi
Senin, 28 Maret 2011
laporan pendahuluan pada klien Cistitis
Nama : Anggit deka lestari
Nim : 05200ID09122
kelas : 2 D
LAPORAN PENDAHULUAN
CISTITIS
A. Pengertian
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1 . Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
B. Anatomi dan fisiologi
VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis
C. Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.
Þ Jalur infeksi
• Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita
• Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
• Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksitis
• Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
Þ Faktor predisposisi
• Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula usus
• Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
• Retensi urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
• Hubungan seksual
D. Patofisiologi
Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun uniteral
E. Tanda dan Gejala
pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada cystitis adalah ;
• peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal
• disuria karena epitelium yang meradang tertekan
• rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal
• rasa ingin buang air kecil
• hematuria
• demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah
F. Komplikasi
1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2) Gagal ginjal
3) Sepsis
G. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2) Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
b. Bakteriologis
Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria 2 )
Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
c. Pemeriksaan USG abdomen
d. Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP
H. Perencanaan
a. Infeksi yang b.d adanya bakteri pada kandung kemih,
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal
2) Nilai kultur urine negative
3) Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
R/:Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2) Catat karakteristik urine
R/ :Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangandari hasil yang diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
R/ :Untuk mencegah stasis urine
4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
R/ :Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.
R/ :Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional :Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
R/ :Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
R/ :Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
R/ :Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
R/ :Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
R/ :Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
c. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang
Kriteria Hasil :
1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2) Kandung kemih tidak tegang
3) Pasien nampak tenang
4) Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.
R/ :Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
R/ :Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
R/ :Untuk membantu klien dalam berkemih
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
R/ :Analgetik memblok lintasan nyeri
d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda- tanda gelisah.
Kriteria hasil :
1) Klien tidak gelisah
2) Klien tenang
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan
R/ :Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
R/ :Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
3) Beri support pada klien
R/ :Meningkatkan respon fisiologis pada klien
4) Beri dorongan spiritual
R/ :Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada klien
5) Beri penjelasan tentang penyakitnya
R/ : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.
Nim : 05200ID09122
kelas : 2 D
LAPORAN PENDAHULUAN
CISTITIS
A. Pengertian
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1 . Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
B. Anatomi dan fisiologi
VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis
C. Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.
Þ Jalur infeksi
• Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita
• Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
• Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksitis
• Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
Þ Faktor predisposisi
• Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula usus
• Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
• Retensi urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
• Hubungan seksual
D. Patofisiologi
Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun uniteral
E. Tanda dan Gejala
pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada cystitis adalah ;
• peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal
• disuria karena epitelium yang meradang tertekan
• rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal
• rasa ingin buang air kecil
• hematuria
• demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah
F. Komplikasi
1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2) Gagal ginjal
3) Sepsis
G. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2) Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
b. Bakteriologis
Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria 2 )
Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
c. Pemeriksaan USG abdomen
d. Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP
H. Perencanaan
a. Infeksi yang b.d adanya bakteri pada kandung kemih,
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal
2) Nilai kultur urine negative
3) Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
R/:Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2) Catat karakteristik urine
R/ :Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangandari hasil yang diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
R/ :Untuk mencegah stasis urine
4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
R/ :Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.
R/ :Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional :Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
R/ :Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
R/ :Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
R/ :Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
R/ :Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
R/ :Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
c. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang
Kriteria Hasil :
1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2) Kandung kemih tidak tegang
3) Pasien nampak tenang
4) Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.
R/ :Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
R/ :Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
R/ :Untuk membantu klien dalam berkemih
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
R/ :Analgetik memblok lintasan nyeri
d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda- tanda gelisah.
Kriteria hasil :
1) Klien tidak gelisah
2) Klien tenang
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan
R/ :Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
R/ :Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
3) Beri support pada klien
R/ :Meningkatkan respon fisiologis pada klien
4) Beri dorongan spiritual
R/ :Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada klien
5) Beri penjelasan tentang penyakitnya
R/ : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.
Kamis, 24 Maret 2011
Format Pengkajian Sistem Urinaria
Nama :Dina Nurlatifah
NIM :05200ID09128
Kelas :2D
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
nama :
usia / tanggal lahir *) :
jenis kelamin *) :
suku bangsa :
status pernikahan :
agama :
pekerjaan :
diagnosa medik :
tanggal masuk :
tanggal pengkajian :
no. cm :
b. Identitas Penanggungjawab
nama :
usia :
jenis kelamin :
alamat :
pekerjaan / sumber penghasilan :
hubungan dengan klien :
*) berpengaruh terhadap kelainan sistem urinaria.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat dikaji.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Penjelasan dari keluhan utama, diuraikan dalam konsep PQRST.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita saat ini. Termasuk faktor predisposisi penyakit. Lalu tanyakan juga beberapa hal sebagai berikut :
1) Riwayat infeksi traktur urinarius
a) Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menanggani infeksi traktus urinarius, berapa lama dirawat.
b) Adanya gejala panas atau menggigil.
c) Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik renal atau urinarius
2) Riwayat keadaan berikut ini :
a) Hematuria, perubahan warna, atau volume urin.
b) Nokturia dan sejak kapan dimulainya.
c) Penyakit pada usia kanak-kanak (“strep throat”, impetigo, sindrom nefrotik).
d) Batu ginjal (kalkuli renal), ekskresi batu kemih ke dalam urin.
e) Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes mellitus, hipertensi, trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan neurologi lain, lupus eritematosus sistemik, scleroderma, infeksi streptococcus pada kulit dan saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis virus,
gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak).
3) Untuk pasien wanita : kaji jumlah dan tipe persalinan (persalinan pervaginan, sectio caesarea); persalinan dengan forseps; infeksi vagina, keputihan atau iritasi; penggunaan kontrasepsi.
4) Adanya atau riwayat lesi genital atau penyakit menular seksual.
5) Pernahkah mengalami pembedahan ; pelvis atau saluran perkemihan.
6) Pernahkah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
7) Kaji riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker kandung kemih. Angka kejadian tumor kandung kemih empat kali lebih tinggi pada perokok daripada bukan perokok.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentifikasi apakah di keluarga ada riwayat penyakit menular atau turunan atau keduanya.
1) Bila ditemukan riwayat penyakit menular, dibuat struktur keluarga dimana diidentifikasi individu-individu yang tinggal serumah. Tidak dalam bentuk genogram.
2) Bila ditemukan riwayat penyakit turunan, dibuat genogram dalam minimal tiga generasi.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
b. Tanda-tanda vital
c. Sistem Perkemihan
d. Sistem Penglihatan
e. Sistem Pendengaran
f. Sistem Pernafasan
g. Sistem Kardiovaskuler
h. Sistem Endokrin
i. Sistem Genetalia
j. Sistem Muskuluskeletal
k. Sistem Integumen
l. Sistem Syaraf
4. Pola Aktifitas Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol, minuman berkarbonat. Minuman tersebut sering memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan.
2) Kaji adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran kemih, pembentukkan batu ginjal, dan gagal ginjal.
3) Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang mengandung tinggi protein dapat menyebabkan pembentukkan batu saluran kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan.
4) Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi status cairan.
5) Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan terapi herbal.
b. Eliminasi
1) Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
2) Kaji perubahan warna urin.
3) Kaji adanya darah dalam urin.
4) Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal urinasi, atau akhir urinasi.
5) Hesitancy; mengejan nyeri selama atau sesudah urinasi.
6) Inkontinensia (stress inkontinensia; urge incontinence; overflow incontinence; inkontinensia fungsional). Adanya inkontinensia fekal menunjukkan tanda neurologik yang disebabkan oleh gangguan kandungkemih.
7) Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan tidak adekuatnya pengosongan kandung kemih.
c. Istirahat
d. Personal Higiene
5. Data Psikologis, Sosial dan Spiritual.
a. Data Psikologis
1) Status emosi
2) Kecemasan
3) Pola koping
4) Gaya komunikasi
5) Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran, identitas diri, ideal diri
b. Data Sosial
Berisi hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga dan masyarakat. Selain itu Kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar oleh bahan-bahan kimia seperti phenol dan ethylene glycol. Bau ammonia dan kimia organic dapat meningkatkan risiko kanker kandung kemih. Pekerja tekstil, pelukis, peñata rambut, dan pekerja industri mengalami risiko tinggi terkena tumor kandung kemih. Seseorang yang lebih sering duduk cenderung mengalami statis urin sehingga dapat menimbulkan infeksi dan batu ginjal.
Seseorang yang mengalami demineralisasi tulang dengan keterbatasan aktivitas fisik menyebabkan peningkatan kalsium dalam urin. Laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis setelah mengangkat barang berat atau mengendarai mobil dengan jarak jauh. Perlu juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko terjadi batu saluran kemih karena kandungan mineral meningkat dalam tanah dan air di daerah dataran tinggi.
c) Data Spiritual
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah.
6. Data Penunjang
Dicatat semua prosedur diagnostik dan lab yang dijalani klien. Hasil pemeriksaan dituliskan termasuk nilai rujukan. Tulis hanya tiga kali pemeriksaan terakhir secara berturut-turut. Seperti :
a) Pemeriksaan Urin Lengkap
b) BNO
NIM :05200ID09128
Kelas :2D
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
nama :
usia / tanggal lahir *) :
jenis kelamin *) :
suku bangsa :
status pernikahan :
agama :
pekerjaan :
diagnosa medik :
tanggal masuk :
tanggal pengkajian :
no. cm :
b. Identitas Penanggungjawab
nama :
usia :
jenis kelamin :
alamat :
pekerjaan / sumber penghasilan :
hubungan dengan klien :
*) berpengaruh terhadap kelainan sistem urinaria.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat dikaji.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Penjelasan dari keluhan utama, diuraikan dalam konsep PQRST.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita saat ini. Termasuk faktor predisposisi penyakit. Lalu tanyakan juga beberapa hal sebagai berikut :
1) Riwayat infeksi traktur urinarius
a) Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menanggani infeksi traktus urinarius, berapa lama dirawat.
b) Adanya gejala panas atau menggigil.
c) Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik renal atau urinarius
2) Riwayat keadaan berikut ini :
a) Hematuria, perubahan warna, atau volume urin.
b) Nokturia dan sejak kapan dimulainya.
c) Penyakit pada usia kanak-kanak (“strep throat”, impetigo, sindrom nefrotik).
d) Batu ginjal (kalkuli renal), ekskresi batu kemih ke dalam urin.
e) Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes mellitus, hipertensi, trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan neurologi lain, lupus eritematosus sistemik, scleroderma, infeksi streptococcus pada kulit dan saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis virus,
gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak).
3) Untuk pasien wanita : kaji jumlah dan tipe persalinan (persalinan pervaginan, sectio caesarea); persalinan dengan forseps; infeksi vagina, keputihan atau iritasi; penggunaan kontrasepsi.
4) Adanya atau riwayat lesi genital atau penyakit menular seksual.
5) Pernahkah mengalami pembedahan ; pelvis atau saluran perkemihan.
6) Pernahkah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
7) Kaji riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker kandung kemih. Angka kejadian tumor kandung kemih empat kali lebih tinggi pada perokok daripada bukan perokok.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentifikasi apakah di keluarga ada riwayat penyakit menular atau turunan atau keduanya.
1) Bila ditemukan riwayat penyakit menular, dibuat struktur keluarga dimana diidentifikasi individu-individu yang tinggal serumah. Tidak dalam bentuk genogram.
2) Bila ditemukan riwayat penyakit turunan, dibuat genogram dalam minimal tiga generasi.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
b. Tanda-tanda vital
c. Sistem Perkemihan
d. Sistem Penglihatan
e. Sistem Pendengaran
f. Sistem Pernafasan
g. Sistem Kardiovaskuler
h. Sistem Endokrin
i. Sistem Genetalia
j. Sistem Muskuluskeletal
k. Sistem Integumen
l. Sistem Syaraf
4. Pola Aktifitas Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol, minuman berkarbonat. Minuman tersebut sering memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan.
2) Kaji adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran kemih, pembentukkan batu ginjal, dan gagal ginjal.
3) Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang mengandung tinggi protein dapat menyebabkan pembentukkan batu saluran kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan.
4) Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi status cairan.
5) Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan terapi herbal.
b. Eliminasi
1) Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
2) Kaji perubahan warna urin.
3) Kaji adanya darah dalam urin.
4) Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal urinasi, atau akhir urinasi.
5) Hesitancy; mengejan nyeri selama atau sesudah urinasi.
6) Inkontinensia (stress inkontinensia; urge incontinence; overflow incontinence; inkontinensia fungsional). Adanya inkontinensia fekal menunjukkan tanda neurologik yang disebabkan oleh gangguan kandungkemih.
7) Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan tidak adekuatnya pengosongan kandung kemih.
c. Istirahat
d. Personal Higiene
5. Data Psikologis, Sosial dan Spiritual.
a. Data Psikologis
1) Status emosi
2) Kecemasan
3) Pola koping
4) Gaya komunikasi
5) Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran, identitas diri, ideal diri
b. Data Sosial
Berisi hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga dan masyarakat. Selain itu Kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar oleh bahan-bahan kimia seperti phenol dan ethylene glycol. Bau ammonia dan kimia organic dapat meningkatkan risiko kanker kandung kemih. Pekerja tekstil, pelukis, peñata rambut, dan pekerja industri mengalami risiko tinggi terkena tumor kandung kemih. Seseorang yang lebih sering duduk cenderung mengalami statis urin sehingga dapat menimbulkan infeksi dan batu ginjal.
Seseorang yang mengalami demineralisasi tulang dengan keterbatasan aktivitas fisik menyebabkan peningkatan kalsium dalam urin. Laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis setelah mengangkat barang berat atau mengendarai mobil dengan jarak jauh. Perlu juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko terjadi batu saluran kemih karena kandungan mineral meningkat dalam tanah dan air di daerah dataran tinggi.
c) Data Spiritual
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah.
6. Data Penunjang
Dicatat semua prosedur diagnostik dan lab yang dijalani klien. Hasil pemeriksaan dituliskan termasuk nilai rujukan. Tulis hanya tiga kali pemeriksaan terakhir secara berturut-turut. Seperti :
a) Pemeriksaan Urin Lengkap
b) BNO
Poliuri Serta Proses Pengenceran Dan Pengentalan Urin
Nama : Anggit deka lestari
NIM : 05200ID09122
kelas: 2D
Poliuri
Poliuria merupakan simtoma medis berupa kelainan frekuensi diuresis/buang air kecil sebagai akibat kelebihan produksi air seni. Gejala poliuria dapat timbul bersamaan dengan polidipsia.
Mengapa terjadi Poliuri?
Glukosa menarik air intrasel (sifatnya hidrofilik) sehingga jika banyak glukosa dalam tubuh maka akan banyak air yang dikeluarkan.
Karena glukosa yang terdapat dlm darah meningkat, sedangkan di ginjal mempunyai batas ambang 180 mg/dL, jika glukosa lebih dari 180 maka akan di keluarkan lewat urine. (glukosuria)
Pada defisiensi insulin, akan terjadi hiperglikemia karena pengaruh insulin pada metabolisme glukosa tidak ada. Penimbunan glukosa di ekstrasel menyebabkan hiperosmolaritas. Transpor maksimal glukosa akan meningkat di ginjal sehingga glukosa diekskresikan ke dalam urin. Hal ini menyebabkan diuresis osmotik yang disertai kehilangan air(poliuria), Na+ dan K+ dari ginjal, dehidrasi, dan kehausan.
Penyebab umum poliuria pada orang dewasa dan anak-anak, biasanya adalah diabetes mellitus yang tidak mendapatkan perawatan memadai, sehingga simtoma khas diabetes berupa hiperglisemia mengakibatkan diuresis osmosis. Penyebab umum lain adalah polidipsia, khususnya dengan konsumsi cairan yang mengandung kafeina dan alkohol dan bahan/obat lain yang bersifat diuretik.
Mekanisme Pemekatan dan Pengentalan Urin
(sistem Countercurrent)
Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung Henle, suatu bagian nefron
yang panjang dan melengkung dan terletak di antara tubulus proximal dan distalis. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar dan bergantung pada transport aktif natrium (dan Klorida) keluar pars ascenden lengkung. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilizas relatif bagian lengkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar. Akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilizas duktus-duktus pengumpul terhadap air.
Langkah-langkah pada Countercurrent Multiplier System
1. sewaktu natrium ditransportasikan keluar pars ascendens, cairan interstisium yang melingkupi lengkung henle menjadi pekat.
2. air tidak dapat mengikuti natrium keluar pars ascendens. Filtrat yang tersisa secara progresif menjadi encer.
3. pars ascendens lengkung bersifat permeable terhadap air. Air meninggalkan bagian ini dan mengalir mengikuti gradien konsetrasi ke dalam ruang intersisium. Hal ini menyebabkan pemekatan cairan pars descendens. Sewaktu mengalir ke pas ascendens, cairan mengalami pengenceran progrsif karena natrium dipompa keluar.
4. hasil akhir hádala pemekatan cairan interstisium di sekitar lengkung henle. Konsentrasi tertinggi terdapat di daerah yang mengelilingi bagian bawah lengkung dan menjadi semakin encer mengikuti pars asendens.
5. di bagian puncak pars asendens lengkung, cairan tubulus bersifat isotonik atau bahkan bersifat hipotonik.(Corwin, 2000).
Hasil dari Countercurrent Multiplier System
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air bervariasi. Apabila permeabilizas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya hádala penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya apabila permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin. Urin akan encer.(Corwin, 2000).
Peran hormon Antidiuretik dalam Pemekatan Urin
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormon hipofisis
Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel(penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat.(Corwin, 2000)
Mekanisme Pengenceran urin
Mekanisme pengenceran urin di pengaruhi oleh ADH (anti duretik hormon) dan aldosteron. ADH dan aldosteron menyebabkan meningkatnya permeabilitas tubulus sehingga akan meningkatkan reabsorsi air. Hal ini akan menyebabkan volume urin menurun. Apabila ADH jumlahnya menurun, maka reabsorsi air menurun akibatnya jumlah urin meningkat. Hal-hal yang menyebabkan ADH naik.: Maningkatkan asmolalitas plasma dan Penurunan volume dan tekanan darah. Sedangkan hal-hal yang menyebabkan ADH turun: Penurunan asmolalitas plasma dan Peningkatan volume dan tekanan darah
NIM : 05200ID09122
kelas: 2D
Poliuri
Poliuria merupakan simtoma medis berupa kelainan frekuensi diuresis/buang air kecil sebagai akibat kelebihan produksi air seni. Gejala poliuria dapat timbul bersamaan dengan polidipsia.
Mengapa terjadi Poliuri?
Glukosa menarik air intrasel (sifatnya hidrofilik) sehingga jika banyak glukosa dalam tubuh maka akan banyak air yang dikeluarkan.
Karena glukosa yang terdapat dlm darah meningkat, sedangkan di ginjal mempunyai batas ambang 180 mg/dL, jika glukosa lebih dari 180 maka akan di keluarkan lewat urine. (glukosuria)
Pada defisiensi insulin, akan terjadi hiperglikemia karena pengaruh insulin pada metabolisme glukosa tidak ada. Penimbunan glukosa di ekstrasel menyebabkan hiperosmolaritas. Transpor maksimal glukosa akan meningkat di ginjal sehingga glukosa diekskresikan ke dalam urin. Hal ini menyebabkan diuresis osmotik yang disertai kehilangan air(poliuria), Na+ dan K+ dari ginjal, dehidrasi, dan kehausan.
Penyebab umum poliuria pada orang dewasa dan anak-anak, biasanya adalah diabetes mellitus yang tidak mendapatkan perawatan memadai, sehingga simtoma khas diabetes berupa hiperglisemia mengakibatkan diuresis osmosis. Penyebab umum lain adalah polidipsia, khususnya dengan konsumsi cairan yang mengandung kafeina dan alkohol dan bahan/obat lain yang bersifat diuretik.
Mekanisme Pemekatan dan Pengentalan Urin
(sistem Countercurrent)
Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung Henle, suatu bagian nefron
yang panjang dan melengkung dan terletak di antara tubulus proximal dan distalis. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar dan bergantung pada transport aktif natrium (dan Klorida) keluar pars ascenden lengkung. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilizas relatif bagian lengkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar. Akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilizas duktus-duktus pengumpul terhadap air.
Langkah-langkah pada Countercurrent Multiplier System
1. sewaktu natrium ditransportasikan keluar pars ascendens, cairan interstisium yang melingkupi lengkung henle menjadi pekat.
2. air tidak dapat mengikuti natrium keluar pars ascendens. Filtrat yang tersisa secara progresif menjadi encer.
3. pars ascendens lengkung bersifat permeable terhadap air. Air meninggalkan bagian ini dan mengalir mengikuti gradien konsetrasi ke dalam ruang intersisium. Hal ini menyebabkan pemekatan cairan pars descendens. Sewaktu mengalir ke pas ascendens, cairan mengalami pengenceran progrsif karena natrium dipompa keluar.
4. hasil akhir hádala pemekatan cairan interstisium di sekitar lengkung henle. Konsentrasi tertinggi terdapat di daerah yang mengelilingi bagian bawah lengkung dan menjadi semakin encer mengikuti pars asendens.
5. di bagian puncak pars asendens lengkung, cairan tubulus bersifat isotonik atau bahkan bersifat hipotonik.(Corwin, 2000).
Hasil dari Countercurrent Multiplier System
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air bervariasi. Apabila permeabilizas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya hádala penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya apabila permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin. Urin akan encer.(Corwin, 2000).
Peran hormon Antidiuretik dalam Pemekatan Urin
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormon hipofisis
Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel(penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat.(Corwin, 2000)
Mekanisme Pengenceran urin
Mekanisme pengenceran urin di pengaruhi oleh ADH (anti duretik hormon) dan aldosteron. ADH dan aldosteron menyebabkan meningkatnya permeabilitas tubulus sehingga akan meningkatkan reabsorsi air. Hal ini akan menyebabkan volume urin menurun. Apabila ADH jumlahnya menurun, maka reabsorsi air menurun akibatnya jumlah urin meningkat. Hal-hal yang menyebabkan ADH naik.: Maningkatkan asmolalitas plasma dan Penurunan volume dan tekanan darah. Sedangkan hal-hal yang menyebabkan ADH turun: Penurunan asmolalitas plasma dan Peningkatan volume dan tekanan darah
Selasa, 15 Maret 2011
Fisiologi Ginjal
Nama : Arti miarti
Nim : 05200ID09123
Kelas: 2D
FISIOLOGI GINJAL
Ginjal Berfungsi :
1. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang di ekskresikan berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan cairan tubuh dapat di pertahankan relatif normal
2. Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit), mis : Na, K, Cl, Ca, dan fosfat.
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada apa yang di makan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam, ph kurang dari 6 ini di sebabakan hasil akhir metabolisme protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan ph darah.
4. Ekskresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat zat toksik, obat obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (peptisida)
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldosteron) membentuk eritropoiesis mempunyai pranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah.
Disamping itu ginjal juga membentuk hormon di hidroksi kolekal siferol (vit D aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus.
Filtrasi Glomerulus
Kapiler glomelurus secara relatif bersifat impermeabel terhadap protein plasma yang lebih besar dan permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Tiga proses filtrasi dalam kapsula Bowman yaitu :
a. Tekanan Osmotik (TO) Tekanan yang di keluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada membran semipermiabel sebagai usaha untuk menenbus membran semipermiabel ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membran semipermiabel.Pori-pori dalam kapiler glomerulus membuat semipermiabel memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dan air tetapi mencegah molekul lebih besar misalnya protein dan plasma
b. Tekanan Hidrostatik (TH) Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsul dab berlawana dengan tekanan hidrostatik darah.filtrasi juga mengeluarkan tekanan osmotik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmotik darah.
c. Perbedaan tekanan Osmotik plasma dengan cairan dalam kapsul Bowman mencerminkan perbedaan konsentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.
Proses Pembentukan Urine
Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis yang masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah, Ada tiga pembentukan Urine
a. Proses Filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagianyang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll yang di teruskan ke tubulus ginjal
b. Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian glukosa, natrium, klorida, fosfat dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang di kenal dengan obligator reabsobsi terjadi pad atubulus atas. Sedangakan pada tubullus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila di perlukan akan di serap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapanya terjadi secara aktif di kenal dengan reabsorpsi pakultatif dan sisanya di alirkan pada papila renalis.
c. Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan di teruskan kepiala ginjal selanjutnya di teruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
Reabsorpsi Dan Sekresi Tubulus
Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat bini mengalir melalui bagian-bagian tubulus. Sebelum di ekskresikan sebagai urine beberapa zat di absorbsi kembali secara selektif dari tubulus dan kembali ke dalam darah, sedangkan yang lain di sekresikan darai darah ke dalam lumen tubulus. Pada akhirnya urine terbentuk dan semua zat dalam urine akan menggambarkan penjumlahan dari tiga proses dasar ginjal (filtrasi glomerulus, reabsobsi tubulus dan sekresi tubulus).
Ekskresi urine = Filtrasi glomerulus – reabsorsi tubulus + sekresi tubulus
a. Reabsobsi tubulus
Ginjal menangani beberapa zat yang di filtrat secara bebas dalam ginjal dan diabsorpsi dengan cepat yang berbeda. Kecepatan masing-masing zat yang difiltrasi dapat di hitung sebagai berikut.
Filtrasi = Kecepatan filtrasi glomerulus x Kecepatan plasma
Perhitungan ini menganggap bahwa zat-zat difiltrasi secara bebas dan tidak terikat pada protein plasma.Kebanyakan zat proses filtrasi glomerulus dan reabsorpsi tubulus secara kuantitatif relatif sangat besar terhadap urine. Sedikit saja perubahan pada filtrasi glomerulus atau reabsorpsi tubulus secara potensial dapat menyebabkan perubahan yang relatif besar. Beberapa produk buangan seperti ureum kreatinin sulit diabsorpsi dari tubulus dan disekresi dalam jumlah yang relatif besar.
Mekanisme pasif. Zat yang akan diabsorpsi harus di transpor melintasi membran epitel tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal, melalui kapiler peri tubulus kembali ke dalam darah. Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam darah, misalnya air dan zat terlarut dapat di transpor melalui membran selnya sendiri (jalur transeluar) atau melalui ruang sambungan antar- sel(jalur para seluar). Setelah di absorpsi melalui sel epitel tubulus ke dalam cairan interstisial air dan zat terlarut ditranspor melalui dinding kapiler ke dalam darah dengan cara ultrafiltrasi yang dipelantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid.
Transpor aktif mendorong suatu zat terlarut melawan gradien elektrokimia dan membutuhkan energi yang berasal dari metabolisme. Transpor yang berhubungan langsung dengan suatu sumber energi seperti hidrolisis adenosin trifosfat (ATP) di sebut transpor aktif primer. Tranpor yang tidak berhubungan secara langsung dengan suatu sumber energi seperti yang di akibatkanoleh gradien ion, di sebut transpor aktif sekunder.
b. Reabsobsi tubulus proksimal
Secara normal sekita 65 % dari muatan natrium dan air yang di filtrasi dan nilai persentase terendah dari klorida akan diabsorpsi oleh tubulus proksimal sebelum filtrat mencapai ansa henle. Persentase ini dapat meningkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis.
Sel tubulus proksimal mempunyai banyak sekali brush boerder. Permukaan membran epitel brush boerder di muati molekul protein yang mentranspor ion natrium melewati membran lumen yang bertalian dengan mekanisme tranpor nutrien organik (asam amino dan glukosa). Tubulus proksimal merupakan tempat penting untuk sekresi asam dan basa, organik seperti garam-garam empedu, oksalat, urat, dan katekolamin.
Regulasi reabsorpsi tubulus penting untuk mempertahankan suatu keseimbangan yang tepat antara reabsorpsi tubulus dan filtrasi glomerulus. Adanya mekanisme saraf, faktor hormonal, dan kontrol setempat yang meregulasi reabsorpsi tubulus untuk pengaturan filtrasi glomerulus maka reabsorpsi beberapa zat terlarut dapat diatur secara bebas terpisah dari yang lain terutama melalui mekanisme pengontrolan hormonal.
Nim : 05200ID09123
Kelas: 2D
FISIOLOGI GINJAL
Ginjal Berfungsi :
1. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang di ekskresikan berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan cairan tubuh dapat di pertahankan relatif normal
2. Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit), mis : Na, K, Cl, Ca, dan fosfat.
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada apa yang di makan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam, ph kurang dari 6 ini di sebabakan hasil akhir metabolisme protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan ph darah.
4. Ekskresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat zat toksik, obat obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (peptisida)
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldosteron) membentuk eritropoiesis mempunyai pranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah.
Disamping itu ginjal juga membentuk hormon di hidroksi kolekal siferol (vit D aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus.
Filtrasi Glomerulus
Kapiler glomelurus secara relatif bersifat impermeabel terhadap protein plasma yang lebih besar dan permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Tiga proses filtrasi dalam kapsula Bowman yaitu :
a. Tekanan Osmotik (TO) Tekanan yang di keluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada membran semipermiabel sebagai usaha untuk menenbus membran semipermiabel ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membran semipermiabel.Pori-pori dalam kapiler glomerulus membuat semipermiabel memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dan air tetapi mencegah molekul lebih besar misalnya protein dan plasma
b. Tekanan Hidrostatik (TH) Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsul dab berlawana dengan tekanan hidrostatik darah.filtrasi juga mengeluarkan tekanan osmotik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmotik darah.
c. Perbedaan tekanan Osmotik plasma dengan cairan dalam kapsul Bowman mencerminkan perbedaan konsentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.
Proses Pembentukan Urine
Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis yang masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah, Ada tiga pembentukan Urine
a. Proses Filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagianyang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll yang di teruskan ke tubulus ginjal
b. Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian glukosa, natrium, klorida, fosfat dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang di kenal dengan obligator reabsobsi terjadi pad atubulus atas. Sedangakan pada tubullus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila di perlukan akan di serap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapanya terjadi secara aktif di kenal dengan reabsorpsi pakultatif dan sisanya di alirkan pada papila renalis.
c. Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan di teruskan kepiala ginjal selanjutnya di teruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
Reabsorpsi Dan Sekresi Tubulus
Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat bini mengalir melalui bagian-bagian tubulus. Sebelum di ekskresikan sebagai urine beberapa zat di absorbsi kembali secara selektif dari tubulus dan kembali ke dalam darah, sedangkan yang lain di sekresikan darai darah ke dalam lumen tubulus. Pada akhirnya urine terbentuk dan semua zat dalam urine akan menggambarkan penjumlahan dari tiga proses dasar ginjal (filtrasi glomerulus, reabsobsi tubulus dan sekresi tubulus).
Ekskresi urine = Filtrasi glomerulus – reabsorsi tubulus + sekresi tubulus
a. Reabsobsi tubulus
Ginjal menangani beberapa zat yang di filtrat secara bebas dalam ginjal dan diabsorpsi dengan cepat yang berbeda. Kecepatan masing-masing zat yang difiltrasi dapat di hitung sebagai berikut.
Filtrasi = Kecepatan filtrasi glomerulus x Kecepatan plasma
Perhitungan ini menganggap bahwa zat-zat difiltrasi secara bebas dan tidak terikat pada protein plasma.Kebanyakan zat proses filtrasi glomerulus dan reabsorpsi tubulus secara kuantitatif relatif sangat besar terhadap urine. Sedikit saja perubahan pada filtrasi glomerulus atau reabsorpsi tubulus secara potensial dapat menyebabkan perubahan yang relatif besar. Beberapa produk buangan seperti ureum kreatinin sulit diabsorpsi dari tubulus dan disekresi dalam jumlah yang relatif besar.
Mekanisme pasif. Zat yang akan diabsorpsi harus di transpor melintasi membran epitel tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal, melalui kapiler peri tubulus kembali ke dalam darah. Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam darah, misalnya air dan zat terlarut dapat di transpor melalui membran selnya sendiri (jalur transeluar) atau melalui ruang sambungan antar- sel(jalur para seluar). Setelah di absorpsi melalui sel epitel tubulus ke dalam cairan interstisial air dan zat terlarut ditranspor melalui dinding kapiler ke dalam darah dengan cara ultrafiltrasi yang dipelantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid.
Transpor aktif mendorong suatu zat terlarut melawan gradien elektrokimia dan membutuhkan energi yang berasal dari metabolisme. Transpor yang berhubungan langsung dengan suatu sumber energi seperti hidrolisis adenosin trifosfat (ATP) di sebut transpor aktif primer. Tranpor yang tidak berhubungan secara langsung dengan suatu sumber energi seperti yang di akibatkanoleh gradien ion, di sebut transpor aktif sekunder.
b. Reabsobsi tubulus proksimal
Secara normal sekita 65 % dari muatan natrium dan air yang di filtrasi dan nilai persentase terendah dari klorida akan diabsorpsi oleh tubulus proksimal sebelum filtrat mencapai ansa henle. Persentase ini dapat meningkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis.
Sel tubulus proksimal mempunyai banyak sekali brush boerder. Permukaan membran epitel brush boerder di muati molekul protein yang mentranspor ion natrium melewati membran lumen yang bertalian dengan mekanisme tranpor nutrien organik (asam amino dan glukosa). Tubulus proksimal merupakan tempat penting untuk sekresi asam dan basa, organik seperti garam-garam empedu, oksalat, urat, dan katekolamin.
Regulasi reabsorpsi tubulus penting untuk mempertahankan suatu keseimbangan yang tepat antara reabsorpsi tubulus dan filtrasi glomerulus. Adanya mekanisme saraf, faktor hormonal, dan kontrol setempat yang meregulasi reabsorpsi tubulus untuk pengaturan filtrasi glomerulus maka reabsorpsi beberapa zat terlarut dapat diatur secara bebas terpisah dari yang lain terutama melalui mekanisme pengontrolan hormonal.
Anatomi Ginjal
Nama : yayan sri suryani
Nim : 05200ID09157
kelas: 2D
A. Anatomi Makroskofi Ginjal
Ginjal berfungsi membuang limbah substansi berlebihan dari darah dan membentuk kemih. Ginjal berbentuk kacang dan permukaan medial yang cekung disebut hilus renal.
1. Arteri Renalis adalah saluran yang menggangkut darah dari jantung ke ginjal.
2. Vena Renalis adalah saluran yang menggangkut darah dari ginjal ke jantung.
3. Korteks adalah bagian terluar pada ginjal.
4. Medulla adalah lapisan dalam setelah cortex dan sebelum Pelvis Renalis. Medula ginjal terbagi menjadi beberapa bagian, yang dikenal sebagai piramida ginjal.
5. Pelvis Renalis adalah bagian paling dalam pada ginjal.
6. Kaliks merupakan cabang dari pelvis renis.
B. Anatomi Mikroskopi Ginjal
Nefron adalah satuan-satuan fungsional dari ginjal yang berjumlah lebih dari 1juta setiap ginjalnya, nefron juga merupakan tempat pembentukan urine awal.
1. Glomerulus adalah kapiler berjambul yang melakukan langkah pertama dalam menyaring darah untuk membentuk urin .
2. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (Luar) dan lapisan Viseral (langsung membungkus kapiler glomerulus)
3. Hilus Renal adalah tempat mesuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
4. Tubulus Kontortus Proksimal adalah bagian tubulus yang keluar dari Korpuskel Renal.
5. Saluran Descending Henle.
6. Ansa Hanle adalah saluran yang menghantarkan urin primer menuju ke Tubulus Kontortus Distal.
7. Saluran Ascending Henle.
8. Tubulus Kontortus Distal adalah Bagian ini terletak di korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga berperan dalam pemekatan urin karena terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea.
9. Duktus Koligen terdiri dari serangkaian tubulus dan saluran yang menghubungkan nefron ke ureter. Fungsi duktus koligen adalah menyalurkan kemih dari nefron ke pelvis ureter dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi oleh hormon antidiuretik (ADH).
10. Arteriole Afferent membawa darah ke glomerulus untuk difiltrasi dalam proses pembentukan kemih awal.
11. Arteriole Efferent membawa darah keluar dari glomerulus untuk disalurkan ke seluruh tubuh.
Nim : 05200ID09157
kelas: 2D
A. Anatomi Makroskofi Ginjal
Ginjal berfungsi membuang limbah substansi berlebihan dari darah dan membentuk kemih. Ginjal berbentuk kacang dan permukaan medial yang cekung disebut hilus renal.
1. Arteri Renalis adalah saluran yang menggangkut darah dari jantung ke ginjal.
2. Vena Renalis adalah saluran yang menggangkut darah dari ginjal ke jantung.
3. Korteks adalah bagian terluar pada ginjal.
4. Medulla adalah lapisan dalam setelah cortex dan sebelum Pelvis Renalis. Medula ginjal terbagi menjadi beberapa bagian, yang dikenal sebagai piramida ginjal.
5. Pelvis Renalis adalah bagian paling dalam pada ginjal.
6. Kaliks merupakan cabang dari pelvis renis.
B. Anatomi Mikroskopi Ginjal
Nefron adalah satuan-satuan fungsional dari ginjal yang berjumlah lebih dari 1juta setiap ginjalnya, nefron juga merupakan tempat pembentukan urine awal.
1. Glomerulus adalah kapiler berjambul yang melakukan langkah pertama dalam menyaring darah untuk membentuk urin .
2. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (Luar) dan lapisan Viseral (langsung membungkus kapiler glomerulus)
3. Hilus Renal adalah tempat mesuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
4. Tubulus Kontortus Proksimal adalah bagian tubulus yang keluar dari Korpuskel Renal.
5. Saluran Descending Henle.
6. Ansa Hanle adalah saluran yang menghantarkan urin primer menuju ke Tubulus Kontortus Distal.
7. Saluran Ascending Henle.
8. Tubulus Kontortus Distal adalah Bagian ini terletak di korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga berperan dalam pemekatan urin karena terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea.
9. Duktus Koligen terdiri dari serangkaian tubulus dan saluran yang menghubungkan nefron ke ureter. Fungsi duktus koligen adalah menyalurkan kemih dari nefron ke pelvis ureter dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi oleh hormon antidiuretik (ADH).
10. Arteriole Afferent membawa darah ke glomerulus untuk difiltrasi dalam proses pembentukan kemih awal.
11. Arteriole Efferent membawa darah keluar dari glomerulus untuk disalurkan ke seluruh tubuh.
Langganan:
Postingan (Atom)